Sejarah Agresi Militer Belanda 2: Latar Belakang, Tujuan dan Dampaknya

Agresi Militer Belanda 2 atau yang dikenal dengan Operasi Gagak merupakan peristiwa penyerbuan secara militer yang dilakukan oleh pasukan militer Kerajaan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap wilayah Republik Indonesia dan ibu kota Yogyakarta.

 

Latar Belakang Agresi Belanda 2

Belanda yang bersikeras ingin melanggengkan kekuasaannya di Indonesia berusaha mencari dalih dan celah agar dapat mengingkari perjanjian yang telah disepakati. Saat diadakannya perjanjian Linggarjati, Belanda mengingkarinya dengan melancarkan Agresi militer yang pertama kepada bangsa Indonesia.

Kemudian datang Dewan Keamanan PBB melalui KTN (Komisi Tiga Negara) kemudian tercetuslah sebuah perjanjian yang diadakan di pelabuhan Jakarta di sebuah kapal Amerika USS Renville.

Dengan menyetujui adanya gencatan senjata di sepanjang garis demarkasi atau yang dikenal dengan Garis Van Mook yaitu suatu garis buatan yang menghubungkan titik-titik terdepan pihak Belanda walaupun dalam kenyataannya masih tetap ada banyak daerah yang dikuasai pihak Republik di dalamnya (M.C.Ricklefs,1998,340). Hal tersebut merupakan sejarah Perjanjian Renville.

 

Kronologi Agresi Militer Belanda 2


Serangan terjadinya agresi militer Belanda II bermula pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta. Belanda melancarkan serangan menggunakan taktik perang kilat (blitzkrieg) di segala sisi wilayah Republik Indonesia.

Dimulai dari merebut pangkalan udara Maguwo (saat ini bernama Adi Sucipto) dengan menerjunkan pasukan payung dan dengan gerak cepat mampu mengambil alih kendali kota Yogyakarta yang merupakan ibukota Republik Indonesia saat itu. Dan menangkap pemimpin Republik Indonesia yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta.

Selain itu tentara Belanda dalam serangannya juga menawan Syahrir, Agus Salim, Mohammad Roem serta A.G. Pringgodigdo. Yang oleh Belanda Lekas diberangkatkan ke pengasingan di Parapat Sumatera dan pulau Bangka.

 

Tokoh Agresi Militer Belanda 2

Namun sebelum diasingkan Presiden Soekarno memberikan surat kuasa kepada Syafrudin Prawiranegara yang berada di Bukittinggi untuk mendirikan pemerintahan darurat. Menteri lainnya yang berada di Jawa namun sedang berada di luar Yogyakarta sehingga tidak ikut tertangkap ialah sebagai berikut.

  1. Menteri Dalam Negeri, dr. Sukiman,
  2. Menteri Persediaan Makanan,Mr. I.J. Kasimo,
  3. Menteri Pembangunan dan Pemuda, Supeno, dan
  4. Menteri Kehakiman, Mr. Susanto.

Menurut Kahin (2013) Belanda melakukan beberapa strategi untuk menghadapi bangsa Indonesia yang mulai ditetapkan pada akhir tahun 1948 yang dikenal sebagai strategi tiga sisi, berikut penjelasannya.

  1. Pertama, Belanda berharap dengan menerapkan kekuatan militer secukupnya agar dapat menghancur leburkan Republik dan Militer Indonesia secara menyeluruh.
  2. Kedua, menjadikan bangsa Indonesia sebagai Negara Federal Serikat demi melaksanakan program pemecah belah bangsa atau politik adu domba (devide et impera).
  3. Yang ketiga, Belanda berharap bangsa Indonesia akan mendapatkan sanksi internasional melalui pemberian kedaulatan pada federasi Indonesia yang dikuasai oleh Belanda secara tidak langsung.

Dengan Agresi Militer 2 yang dilancarkan pihak Belanda, hal tersebut dianggap sebagai sebuah kemenangan besar yang diperoleh Belanda. Sebab dapat menawan pucuk pimpinan bangsa Indonesia, namun hal tersebut menuai kecaman luar biasa yang tak diduga sebelumnya oleh pihak Belanda. Terutama dari pihak Amerika Serikat yang menunjukan rasa simptinya terhadap bangsa Indonesia dengan memberi pernyataan, sebagaimana berikut.

  1. Jika Belanda masih saja melakukan tindakan militer terhadap bangsa Indonesia, Amerika Serikat akan menghentikan segala bantuan yang diberikan pada pemerintah Belanda.
  2. Mendorong Belanda untuk menarik pasukannya berada di belakang garis status quo renville.
  3. Mendorong dibebaskannya pemimpin Bangsa Indonesia oleh Belanda.
  4. Mendesak agar Belanda dibuka kembali sebuah perundingan yang jujur berdasarkan perjanjian Renville.

 

Tujuan Agresi Militer Belanda 2

Agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda terhadap bangsa Indonesia memiliki tujuan untuk memperlihatkan pada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia dan tentaranya TKR itu sesungguhnya sudah tidak ada.

Dengan begitu Belanda memiliki hak untuk berbuat semaunya terhadap bangsa Indonesia. Menurut Ide Anak Agung Gde Agung (1983, 183), Ada dua alasan utama mengapa Beel melancarkan agresi militer tersebut, yakni sebagai berikut:

  1. Menghancurkan Republik yang merupakan suatu kesatuan sistem ketatanegaraan,
  2. Membentuk Pemerintah Interim Federal yang didasarkan atas Peraturan Pemerintahan dalam Peralihan,
    Wakil-wakil dari daerah-daerah federal dan unsur-unsur yang kooperatif dan moderat dari bekas Repvblik harus ikut ambil bagian dalam PIF tanpa mewakili bekas Republik.

 

Dampak Agresi Belanda 2

Agresi militer Belanda II ini terjadi pada saat ibu kota Indonesia dipindah dari Jakarta ke Daerah Istimewa Yogyakarta, adapun beberapa dampak yang terjadi karena agresi militer 2 adalah sebagai berikut:

 

Dampak Negatif Agresi Militer Belanda 2 Bagi Indonesia

  1. Bandara (lapangan terbang Maguwo) berhasil dikuasai pasukan Belanda melalui serangan udara menggunakan 14 pesawat (terdiri dari Mustang dan Kittyhwak).
  2. Korban tewas di pihak TNI sebanyak 128 pasukan saat terjadi serangan di bandara Maguwo.
  3. Pembentukan PDRI (pemerintahan darurat republik Indonesia) di Bukittinggi.
  4. Beberapa pemimpin Republik Indonesia diasingkan, meliputi : Presiden Ir.Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Menlu Haji Agus Salim, Sutan Syahrir, Mr. Assaat, dan Mr. AG. Pringgodigdo.
  5. Pengasingan menggunakan pesawat bomber B 25 dengan tujuan tidak jelas, ada yang diasingkan ke Parapat, Berastagi, dan Pangkalpinang.
  6. Kota Yogyakarta (Ibukota RI) berhasil dikuasai oleh Belanda.
  7. Beberapa bangunan penting di kota DIY hancur akibat serangan pasukan Belanda.

 

Dampak Agresi Militer Belanda 2 Bagi Belanda

  1. Berhasilnya Belanda menguasai Ibukota Republik Indonesia ternyata tidak membuat semangat juang para pejuang tanah air runtuh begitu saja, masih ada perlawanan yang dilakukan oleh TNI. Mereka melakukan serangan secara mendadak terhadap pasukan Belanda.
  2. Perlawanan dari pihak bangsa Indonesia dilakukan pada tanggal 1 Maret 1949, lebih kita kenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta.
  3. Perlawanan tersebut membuat pasukan Belanda kewalahan, dan berhasil dilumpuhkan.
  4. Selain itu, perlawanan juga dilakukan dengan strategi gerilya di wilayah luar kota Yogyakarta, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur, dipimpin langsung oleh Soedirman.

 

Perlawanan Agresi Militer Belanda 2

Perlawanan dengan melakukan serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia terhadap Belanda terdengar sampai ke New Delhi, India melalui siaran radio. Kabar mengenai aksi perlawanan sempat menjadi Headlines di beberapa media cetak India, ucap Mr. Maramis.

Melalui Serangan Umum 1 Maret, posisi Indonesia di mata Internasional semakin kuat. Hal tersebut berbeda dengan apa yang disampaikan dan dipropagandakan Belanda kepada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia sudah lemah dan berhasil dikuasai.

Demikian sekilas tentang agresi militer II dan sebab akibat yang ditimbulkannya bagi Indonesia maupun bagi belanda. Wassalam.. Terima kasih

Tinggalkan komentar