Kamu pasti sudah tidak asing dengan semboyan yang satu ini. Tut Wuri Handayani merupakan semboyan pendidikan Indonesia dan merupakan salah satu dari tiga prinsip filosofi kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara.
Tiga semboyan pendidikan yang dulu telah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Yang terhadap intinya bahwa seorang pemimpin perlu mempunyai ketiga karakter tersebut agar bisa menjadi panutan bagi orang lain. Adapun penjelasannya mari kita bahas satu per satu.
Sejarah Singkat Tut Wuri Handayani
Ki Hadjar Dewantara tamat dari Sekolah Dasar Eropa yang kala itu bisa dinikmati oleh orang pribumi dari kalangan bangsawan seperti dirinya. Kemudian beliau melanjutkan ke Sekolah Dokter Bumiputera atau dikenal juga dengan STOVIA yang tidak sempat ia tamatkan lantaran sakit. Selepas daripada itu beliau memilih berprofesi sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar diantaranya: Tjahaja Timoer, Poesara, Sedyotomo, Midden Java, De Express, Kaoem Moeda, dan Oetoesan Hindia.
Ki Hadjar dewantara pernah menulis sebuah artikel berjudul ‘Als ik een Nederlander was’ yang artinya ‘Seandainya aku seorang Belanda’ yang dimuat dalam surat kabar De Express pada 13 Juli 1913. Artikel tersebut sontak menohok sejumlah kaum Hindia Belanda dan akibat artikel tersebut beliau ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke pulau Bangka sebelum akhirnya diasingkan ke negara Belanda bersama kedua sahabatnya yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. Selama Masa pengasingannya di negara Belanda, beliau aktif dalam Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia) sebuah organisasi para pelajar asal Indonesia.
Dalam cita-citanya memajukan bangsa Indonesia dengan belajar ilmu pendidikan dimulai dari sini hingga beliau memperoleh suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan langkahnya dalam membangun lembaga pendidikan yang didirikannya. Ki Hadjar Dewantara terinspirasi sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh seperti inilah yang mendasari beliau dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Pada bulan September 1919 Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia kemudian bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian diterapkannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang beliau dirikan yaitu Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Nama Ki Hadjar Dewantara merupakan nama resmi yang disandangnya saat beliau genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa. Beliau tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya dengan tujuan agar beliau dapat bebas dekat dengan rakyat secara fisik maupun mental.
Semboyan pendidikan yang digunakannya kini sangat populer di kalangan pendidikan Indonesia. Secara menyeluruh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Yang artinya adalah (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan). Semboyan ini masih digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia terlebih pada sekolah-sekolah Perguruan Nasional Tamansiswa.
Perlunya mengemukakan latar keberlakuan awal dari asas Tut Wuri Handayani yaitu dengan ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dari tujuh asas tersebut merupakan asas yang menyatakan aksi perjuangan untuk melawan pemerintah kolonial Belanda sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi.
Berikut adalah ketujuh asas tersebut:
- Setiap orang memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam berkehidupan umum.
- Pengajaran harus memberi pengetahuan yang bermanfaat yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
- Pengajaran harus tersebar luas hingga dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
- Pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
- Mengejar kemerdekaan hidup lahir dan batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri.
- Konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka sepenuhnya harus membelanjai sendiri semua usaha yang dilakukan.
- Mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan peribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sjaref Thajeb meresmikan lambang Tut Wuri Handayani pertama kali pada tanggal 6 September 1977 yang mana dalam pidatonya Bapak Sjaref Thajeb mengungkapkan alasan dibalik diresmikannya lambang ini adalah dikarenakan melihat banyaknya instansi di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengenakan lambang sendiri. Sehingga dianggap tidak menunjukkan koordinasi, persatuan dan kesatuan yang kokoh dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pembuatan lambang tersebut diharapkan agar mampu menggambarkan tugas dan fungsi Departemen dalam upaya mendidik, mencerdaskan dan membudayakan kehidupan bangsa.
Arti Tut Wuri Handayani Menurut Ki Hadjar Dewantara
Tut Wuri Handayani memiliki makna atau arti yang berasal dari istilah kata Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani itu ternyata adalah slogan berasal dari Pahlawan kita yakni Ki Hadjar Dewantara.
Sungguh hebat dia telah menciptakan Slogan keren ini dan sangat bagus sekali diterapkan di segala urusan, dimanapun, saya terkagum dengan sebuah Slogan ini, dan saya menghendaki memberi tahu maksud atau obyek berasal dari Slogan ini.
Kata-kata tersebut adalah menggunakan Bahasa Jawa, yang apabila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia maknanya sangat ”Super” sekali. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani artinya dalam bahasa jawa adalah sebagai berikut:
- Ing Ngarso sung Tulodo : ing ( di ), Ngarso ( depan ), sung ( jadi ), Tulodo ( contoh atau panutan ) makna: Di Depan menjadi Contoh atau Panutan.
- Ing Madya Mangun Karsa : ing ( di ), Madyo ( tengah ), mangun ( berbuat ), Karso ( penjalar ) makna: Di sedang Berbuat Keseimbangan atau Penjalaran.
- Tut Wuri Handayani : Tut ( di ), Wuri ( berbuat atau mengelola ), Handayani ( Dorongan ) makna: Di Belakang membawa dampak Dorongan atau Mendorong.
Setidaknya maknanya tersebut, yang jika kita coba gabungkan dari istilah ”Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” artinya ”Di Depan Menjadi Panutan atau Contoh, Di Tengah menjadi Penjalar atau Penyeimbang sepantara, dan di Belakang melaksanakan sebuah dorongan (prajurit, ibaratnya)”
Sangat indah bukan arti dari Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso? Terlebih Kemdikbud telah mengutip kata ”Tut Wuri Handayani ” sebagai simbol yang sering kita temui dengan sebutan Logo tut wuri handayani dalam dunia pendidikan.
Pahlawan kita meskipun hidup di zaman yang sulit, selalu saja mereka berkarya dan karyanya tetap kita nikmati. Sehingga kita semua sebagai generasi penerus seharusnya agar kita bisa menjadi seperti layaknya mereka juga.
Makna Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani
- Ing Ngarso Sung Tulodo : Berasal dari kata ing ngarso yang diartikan di depan, sung (Ingsun) yang artinya saya, dan kata tulodo yang berarti tauladan. Dengan demikian makna dari semboyan Ki Hajar Dewantara yang pertama ini adalah pada saat menjadi pemimpin atau seorang guru perlu mampu memberi tambahan suri tauladan untuk seluruh orang yang ada disekitarnya.
- Ing Madyo Mangun Karso : Berasal dari kata Ing Madyo yang diartikan di tengah-tengah, Mangun yang memiliki arti memunculkan dan karso yang memiliki arti wujud kemauan atau niat. Dengan demikian makna dari semboyan Ki Hajar Dewantara yang kedua ini adalah seorang guru di tengah-tengah kesibukannya dikehendaki mampu memunculkan dorongan terhadap peserta didiknya.
- Tut Wuri Handayani : Berasal dari kata tut wuri yang memiliki arti mengikuti dari belakang dan kata handayani yang memiliki arti beri tambahan dorongan atau dorongan semangat. Dengan demikian semboyan ki Hajar Dewantara yang ketiga ini memiliki arti bahwa seorang guru dikehendaki mampu memberi tambahan suatu dorongan ethical dan dorongan kepada peserta, didik pada saat guru selanjutnya berada di belakang.
Makna Logo Tut Wuri Handayani
Dalam penggunaan logo Tut Wuri Handayani didalam lambang pada departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diperkuat dengan apa yang telah dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Nomor : 0398/M/1977 tanggal 6 September 1977. Pada SK diatas juga telah disebutkan mengenai arti dari lambang Tut Wuri Handayani adalah sebagai berikut ini:
Logo Bidang Segi Lima (Warna Biru Muda)
Artinya, menggambarkan alam kehidupan dari Pancasila
Logo Belencong Menyala Bermotif Garuda
Belencong (menyala) merupakan lampu yang khusus digunanakan pada pertunjukan wayang kulit. Cahaya belencong memicu pertunjukkan jadi hidup. Sedangkan Burung Garuda (yang menjadikan sebagai motif Belencong) mengimbuhkan deskripsi sifat gagah perkasa, dinamis, mampu dan berani independen mengarungi angkasa luas. Ekor dan sayap garuda diekspresikan tiap-tiap lima, yang berarti : “satunya kata dengan perbuatan Pancasilais”.
Logo Buku
Buku merupakan sumber bagi segala ilmu yang mampu berfaedah bagi kehidupan manusia.
Bidang segi lima (biru muda). Menggambarkan alam kehidupan Pancasila
Logo Semboyan Tut Wuri Handayani
Digunakan oleh Ki hajar Dewantara di dalam melaksanakan sistem pendidikannya. Pada saat memulai pencantuman dari semboyan ini yang berarti memiliki serta saling melengkapi penghargaan dan penghormatan kita kepada almarhum Ki hajar Dewantara yang mana hari lahirnya telah dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Arti Warna Tut Wuri Handayani
- Warna putih pada ekor dan sayap Garuda dan buku berarti suci, bersih tanpa pamrih.
- Warna kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian.
- Sedangkan pada warna biru muda, yang ada pada bidang segi lima yang memiliki arti pengabdian yang tidak kunjung putus dengan hanya memiliki pandangan hidup yang mendalam yaitu pandangan hidup Pancasila.
Kesimpulan dari Tut Wuri Handayani
Dari semboyan tut wuri handayani, beliau lah yang mendorong pendidikan rakyat Indonesia. Sudah harus nya guru-guru di Indonesia merupakan penerus dari seorang ayah pendidikan yang telah meneruskan pengaruh positif terhadap bangsa Indonesia.
Karena, di tangan para gurulah nasib para penerus generasi bangsa. yang sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang sangat mempengaruhi adalah para guru. oleh karena itu, guru sangat ikut berkontribusi di dalam hal yang positif dan ikut serta menyalurkan kemampuannya di dalam bidang pendidikan semaksimal mungkin.
Ingat: jika kami berada di posisi depan maka kami harus menjadi Panutan, Jika kami berada di Tengah kami harus memiliki berjiwa yang mudah bergaul, dan jika di kami berada di belakang maka kami harus menjadi pendorong ya. Kita manfaatkan 3 simbolis tadi yang ada pada arti dan logo tut wuri handayani tersebut yang memiliki makna yang bisa kita terapkan di dalam kehidupan kita semua.